AISYAH BINTI ABU BAKAR SHIDDIQ

Diposting oleh Gamping Mengidul di 17.09
Aisyah adalah puteri Imam Ash-Shiddiq khalifah Rasulullah Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah. Ibunya bernama Ummu Rumman binti Amir. Kedua orang tuanya membawa Aisyah berhijrah. Ia dinikahi Rasulullah SAW sesudah khadijah binti khuwailid meninggal dunia. Pernikahan itu terjadi sebelas bulan sebelum hijrah, tetapi beliau baru berkumpul (serumah) dengan Aisyah pada bulan syawal, sepulang dari perang Badar. Pada waktu itu Aisyah baru mencapai usia sembilan tahun. Karena itu ia banyak meriwayatkan hadits dan menggali ilmu dari Rasulullah SAW, hingga ia tampil sebagai sosok ilmuwan yang serba bisa, dan ilmunya sangat barakah. Ia juga meriwayatkan hadits dari ayahnya sendiri, Umar bin Khathab, Fatimah, Sa’ad bin Abi Waqash, Hamzah bin Amr Al-Aslami, dan dari Jumadah binti Wahab. Aisyah pulang ke hadirat Allah dalam usia enam puluh tiga tahun lebih beberapa bulan.

Dalam diri Aisyah tersimpan segudang keistimewaan dan keteladanan. Ia dilahirkan dari kalangan keluarga yang sudah memeluk agama Islam. Ia lebih muda delapan tahun dari Fatimah. Ia pernah mengatakan, “Aku tidak mengetahui kedua orang tuaku melainkan sudah memeluk agama Islam”. Ia seorang wanita yang sangat disegani dan juga sangat cantik. Karena itu ia dipanggil dengan sebutan Humaira’ (si mawar merah). Rasulullah SAW tidak pernah menikah dengan seorang perawan selain Aisyah, dan tidak pernah mencintai wanita seperti cintanya kepada Aisyah.

Imam Adz-Dzahabi menegaskan: “Aku tidak mengetahui di kalangan umat Muhammad, bahkan di kalangan wanita secara umum, seorang wanita yang lebih pandai daripada Aisyah. Aku bersaksi bahwa Aisyah adalah istri Rasulullah di dunia dan di akhirat”.

Pernikahan Aisyah dengan Rasulullah, juga menyimpan keunikan. Aisyah telah berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda, “Ya Aisyah, aku melihatmu dalam mimpi selama tiga malam, engkau dibawa malaikat Jibril dalam sepotong kain sutera yang bagus. Lalu Jibril berkata kepadaku, “Ya Muhammad, ini istrimu”. Setelah aku buka wajahnya, ternyata engkau. Kemudian aku berkata, “Jika mimpi ini dari sisi Allah, pasti Dia akan melaksanakannya”.

Imam Tirmidzi juga mengetengahkan sebuah riwayat, bersumber dari Aisyah bahwa malaikat Jibril datang kepada Rasulullah dengan membawa gambar Aisyah dalam sepotong kain sutera hijau, lalu berkata, “Ya Muhammad ini adalah istrimu di dunia dan diakhirat”.

Rasulullah sangat mencintai Aisyah. Hal ini dapat diketahui lewat sebuah riwayat yang dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang pernyataan Amru bin Ash (seorang sahabat yang memeluk Islam pada tahun ke delapan hijriyah) kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai dari kalangan laki-laki?”  Jawab Rasulullah, “Ayah Aisyah”.

Dalam haditst lain Rasulullah bersabda, “Seandainya aku boleh menjadikan kekasih dari umatku ini, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Tetapi persaudaraan dalam Islam lebih utama”. Kemudian Rasulullah menjatuhkan pilihan untuk mencintai laki-laki dan wanita yang paling utama dari kalangan umatnya. Karena itu, barangsiapa membenci kedua orang yang dicintai Rasulullah (Abu Bakar dan Aisyah), maka ia pantas dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya.

Kecintaan Rasulullah kepada Aisyah sangat besar. Karena keutamaan Aisyah melebihi keutamaan Ummil-Mukminin yang lain, dengan adanya perintah Ilahi di belakang kecintaan beliau kepadanya. Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa Aisyah, pernah berkata : “Aku diberi sembilan perkara yang tidak diberikan kepada seorang wanita manapun setelah Maryam binti Imran:

  1. Malaikat Jibril pernah turun dengan membawa kabar tentang diriku, dan Rasulullah disuruh menikahiku.

  2. Rasulullah menikahiku ketika aku masih perawan, dan beliau tidak pernah menikah dengan seorang perawan selain aku.

  3. Pada waktu Rasulullah meninggal dunia, kepala beliau berada di pangkuanku.

  4. Aku mengubur Rasulullah di dalam rumahku.

  5. Ada wahyu diturunkan kepada Rasulullah ketika beliau sedang berselimut bersamaku.

  6. Aku adalah puteri khalifah dan orang kepercayaan Rasulullah.

  7. Pernah diturunkan wahyu dari langit untuk menyelesaikan perkaraku (membela diriku dari tuduhan kaum munafikin).

  8. Aku diciptakan sebagai wanita yang baik bagi lelaki yang baik.

  9. Aku diberi janji untuk memperoleh ampunan dan rizki yang baik.


 

Karena itu tidaklah mengherankan jika Aisyah merupakan wanita yang paling beruntung dan yang paling dicintai Rasulullah di antara istri-istri beliau yang lain.

Rasulullah adalah figur suami yang setia. Aisyah r.a. memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana ia bergaul dengan Rasulullah, agar dapat kita tunjukkan kepada para istri yang mendampingi suami, hingga mereka memperoleh pelajaran tentang tata cara bergaul dan berhubungan antara suami-istri sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Dalam hal ini Aisyah telah berkata, “Aku pernah bermain dengan bermacam-macam boneka. Lalu datang beberapa sahabat wanitaku, dan mereka menjauh dari Rasulullah. Kemudian beliau keluar, dan menyuruh mereka masuk. Lantas mereka masuk, dan bermain bersamaku”.

Dalam riwayat lain disebutkan: “Beberapa anak perempuan bermain boneka denganku. Ketika melihat Rasulullah, mereka menjauh. Lalu beliau menyuruh mereka bermain bersamaku”. Kata Aisyah lagi: “Rasulullah pernah masuk ke tempatku ketika aku sedang bermain dengan beberapa boneka. Lalu beliau bertanya, “Ya Aisyah, apakah ini?”. Jawabku, “Ini adalah kuda sulaiman yang mempunyai sayap”. Lalu beliau tertawa. (Ath-Thabaqat 8 :44)

Walau Aisyah istri Rasulullah yang paling dicintai, namun ia pernah juga merasakan cemburu. Dalam hal ini Aisyah pernah berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada seorang wanita, seperti kecemburuanku terhadap Khadijah, karena Rasulullah sering menyebut-nyebut namanya”.

Imam Adz-Dzahabi mengomentari hadits di atas: “Ini merupakan suatu kecemburuan yang sangat aneh. Aisyah merasa cemburu kepada seorang wanita tua yang telah meninggal dunia beberapa waktu lamanya, sebelum Rasulullah menikahi dirinya. Kemudian Allah melindungi Aisyah dari perasaan cemburu kepada wanita-wanita lain yang hidup bersamanya di sisi Rasulullah, dan ini merupakan kelemah-lembutan dan kasih sayang Allah kepada Aisyah dan kepada Rasulullah, agar tidak terjadi kerincuhan dalam rumah tangga beliau. Mungkin juga, yang meringankan kecemburuan Aisyah ini, adalah kecintaan Rasulullah yang sangat besar kepadanya, kemudian Allah meridhai”.

Aisyah juga telah menceritakan kepada kita tentang salah satu dari bentuk kecemburuannya, dan bagaimana Rasulullah mengobati hatinya yang terbakar cemburu. Dalam hal ini Aisyah telah berkata, “Pada suatu ketika ada seorang wanita berkulit hitam datang menghadap Rasulullah. Lalu beliau menyambutnya dengan baik. Karena itu, aku lalu berkata, “Ya Rasulullah, mengapa engkau menyambut wanita hitam ini sedemikian rupa?” Jawab Rasulullah, “Ia biasa bertemu dengan khadijah”. Sedang melaksanakan janji dengan baik, itu termasuk bagian dari iman. Rasulullah tetap menyambung tali persaudaraan dengan wanita berkulit hitam yang pernah menjadi kawan akrab Khadijah sewaktu masih hidup.

Sekalipun Rasulullah seorang rasul pilihan, namun beliau belum pernah melihat Allah secara langsung. Aisyah telah berhasil menetapkan suatu keputusan yang dapat menyelesaikan perselisihan. Ia berkata, “Barang siapa beranggapan, bahwa Rasulullah pernah melihat Allah secara langsung, maka ia telah melakukan kebohongan yang besar terhadap Allah. Beliau hanya pernah melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya sebanyak dua kali, yang bentuknya menghalangi segala sesuatu yang berada di antara ufuk”.

Sekalipun Aisyah termasuk ummil-mukminin yang sangat disayang oleh Rasulullah, namun pernah ia juga marah kepada beliau. Imam Bukhari dan Muslim mengetengahkan sebuah riwayat, bersumber dari Abi Usamah dari Hisyam, yang menggambarkan tentang hubungan Aisyah dengan Rasulullah ketika sedang marah. Rasulullah pernah bersabda, “Ya Aisyah, aku mengerti keadaanmu ketika engkau ridha dan ketika engkau marah kepadaku”. Lalu Aisyah bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana engkau mengetahuinya?” Jawab Rasulullah, “Jika engkau merasa senang kepadaku, engkau mengatakan, “Tidak, demi Tuhan Muhammad”. Dan jika engkau marah padaku, engkau mengatakan, “Tidak, demi Tuhan Ibrahim”. Kemudian Aisyah berkata, “Ya Rasulullah, demi Allah, apa yang engkau katakan adalah benar. Aku tidak pernah berpisah meninggalkanmu kecuali hanya meninggalkan namamu saja”.

Latar belakang diturunkannya ayat tayammum berkaitan dengan peristiwa yang dialami Aisyah. Hisyam bin Urwah menjelaskan sebuah riwayat dari ayahnya, bahwa Aisyah telah berkata: “Aku pernah meminjam seuntai kalung yang aku pakai ketika bepergian bersama Rasulullah, hingga kemudian beliau memerintahkan agar dicari hingga ditemukan kembali. Di tengah pencarian, datanglah waktu shalat, padahal mereka tidak membawa air. Lalu mereka melaksanakan shalat tanpa wudhu”. Dengan peristiwa tersebut, maka kemudian Allah menurunkan ayat tayamum, “Hai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Dan jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dengan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak ingin menyulitkankamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur”. (QS. Al-Maidah: 6). Selanjutnya sahabat Usaid bin Hudhair berkata, “Ya Aisyah, semoga Allah memberimu balasan yang baik. Demi Allah, tidak pernah terjadi suatu peristiwa pun yang engkau sukai melainkan Allah menjadikan kebaikan buatmu di balik peristiwa tersebut”.

Rasulullah adalah seorang suami yang arif, yang senantiasa menghibur hati sang istri ketika dalam kesedihan. Abu Nu’aim mengetengahkan sebuah riwayat dari Nu’man bin Katsir, bahwa pada suatu ketika Abu Bakar pernah minta izin untuk bertemu Rasulullah. Tiba-tiba mendengar Aisyah bersuara keras terhadap Rasulullah. Lalu Abu Bakar berkata: “Hai puteri Fulanah, pantaskah engkau mengeraskan suara terhadap Rasulullah?”. Rasulullah kemudian menengahi antara Abu Bakar dan Aisyah. Ketika Abu Bakar telah keluar, Rasulullah lantas menghibur hati Aisyah, seraya berkata, “Ya Aisyah, bukankah tadi aku telah menghalangi kemarahan ayahmu?”

Pada kesempatan lain Abu Bakar pernah juga minta izin untuk menghadap Rasulullah dan dari dalam rumah terdengar Aisyah sedang bergurau. Lalu Abu Bakar berkata, “Kalian bersamaku dalam kedamaian sebagaimana kalian bersamaku dalam peperangan”.

Aisyah adalah orang yang paling tahu tentang Rasulullah, paling memahami kemauan beliau, dan orang yang dapat meringankan beban beliau. Aisyah memiliki pemikiran dan pandangan yang senantiasa menenangkan hati Rasulullah dan dapat membantu beliau dalam mengemban risalah Ilahi. Aisyah ikut serta membantu Rasulullah dalam mengurus masalah kemasyarakatan dengan pemikiran dan tenaganya, serta tetap memelihara batas-batas yang telah diwajibkan kepada Ummil-Mukminin.

Islam memberikan hak yang sama kepada wanita untuk mendapatkan pendidikan, bahkan kewajiban menuntut ilmu bagi wanita sejajar dengan kaum pria. Istri-istri Rasulullah diwajibkan mengajar muslimin dan muslimat, sebagaimana Firman Allah: “Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmahnya (sunah-sunah Rasul)” (QS.Al-Ahzab: 34). Karenanya banyak para sahabat datang minta fatwa ke rumah Ummil-Mukminin serta menanyakan tentang hukum-hukum Allah juga masalah akhlak yang mereka terima dari Rasulullah.

Aisyah memberikan keterangan, bahwa dirinya mempunyai peranan besar dalam bidang ini dimana banyak para sahabat datang kepadanya untuk menanyakan berbagai pengetahuan serta masalah fiqhiyah. Dan tidak jarang ia memecahkan masalah yang sedang mereka perselisihkan dengan baik. Aisyah sangat gigih membela kaum wanita serta berkeinginan keras untuk mengangkat derajat dan harkat mereka sebagaimana halnya ketidaksenangannya terhadap wanita yang melanggar hukum syari'at.

Dalam mengomentari pengetahuan Aisyah, Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan, “Aku tidak mengetahui seorangpun yang lebih mengerti tentang sunah Rasul, yang lebih mengena pendapatnya jika diperlukan, lebih tahu tentang ayat Al-Qur’an yang turun, serta lebih  mengerti tentang hal-hal fardhu, selain Aisyah”. (Ath-Thabaqat 2: 375). Aisyah sangat menguasai pemahaman maupun bacaan Al-Qur’an, sekalipun hal ini hanya diketahui oleh beberapa orang sahabat saja. Istri-istri Rasulullah yang lain dalam ambil bagian menyebarkan ilmu dan agama kepada kaum muslimin sangat kecil bila dibanding dengan Aisyah. Bila Aisyah memiliki bacaan yang bagus, maka Hafshah memiliki tulisan yang indah.

Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar (kemenakan Aisyah) menerangkan, bahwa Aisyah menjadi seorang mufti wanita pada zaman pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan Usman bin Affan hingga dia meninggal dunia. Semoga Allah merahmatinya. (Ath-Thabaqat 2: 375).

Ibnu Abdil-Bar mengatakan, “Aisyah memiliki pengetahuan yang tinggi dalam bidang tafsir, hadits, dan fiqh, juga dalam bidang pengobatan, syair, dan silsilah. Al-Qur’an pernah diturunkan dari langit ketujuh untuk membebaskan Aisyah dari tuduhan jahat, yang lebih masyhur disebut dengan Haditstul-ifki (berita bohong yang menuduh Aisyah berbuat serong), yang dilontarkan para munafikin. Peristiwa itu terjadi sesudah perang dengan bani Muhthaliq pada bulan Sya’ban tahun kelima hijriyah, yang diikuti oleh kaum munafikin. Aisyah ikut ke medan perang bersama Rasulullah berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau. Dalam perjalanan pulang dari peperangan, mereka beristirahat di suatu tempat. Pada saat itu Aisyah keluar dari sekedupnya (kendaraannya) untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba ia merasa kalungnya hilang, lalu ia pergi mencarinya. Sementara itu, rombongan langsung berangkat dengan prasangka bahwa Aisyah masih berada dalam sekedup. Setelah Aisyah mengetahui kendaraannya sudah berangkat, ia lalu duduk di tempat semula serta berharap agar kendaraan itu kembali menjemputnya. Tiba-tiba ada seorang sahabat bernama Shafwan bin Mu’athal lewat. Ia menemukan Aisyah yang sedang tidur sendirian, hingga ia sangat terkejut seraya berucap: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, istri Rasul!”. Mendengar ucapan Shafwan, Aisyah terbangun. Lalu Shafwan mempersilahkan Aisyah mengendarai untanya, sementara Shafwan sendiri berjalan menuntun unta sampai tiba di Madinah. Orang-orang yng melihat Shafwan berjalan dengan Aisyah kemudian membicarakannya menurut pendapat masing-masing. Dari situ mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafikin membesar-besarkan berita itu, hingga fitnah terhadap Aisyah bertambah luas, dan menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin. Bahkan Rasulullah sempat terpancing pula oleh berita bohong itu. (Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an surat An-Nur: 11-26). Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa Aisyah dan Shafwan bin Mu'athal bersih dari segala tuduhan yang dilontarkan kaum munafikin. Ia adalah wanita mulia, hingga dipilih Rasulullah sebagai istri. Dan hanya orang-orang munafik sajalah yang akan selalu menyebarkan isu jahat, hingga pada akhirnya mereka menjadi penghuni neraka.

Aisyah adalah istri Rasulullah yang memiliki berbagai kelebihan. Karena itu banyak orang memberikan ulasan dan komentar terhadapnya. Abu Bard bin Abi Musa menceritakan suatu cerita dari ayahnya, “Kami para sahabat Rasul tidaklah menghadapi suatu kesulitan lantas kami tanyakan kepada Aisyah, melainkan kami mendapatkan penyelesaian yang baik darinya”. Sedang Masruq memberikan kesaksian, “Aku melihat guru-guru para sahabat besar bertanya kepada Aisyah tentang faraidh”.

Sahabat Urwah bin Zubair berkata, “Aku tidak pernah mengetahui seorangpun yang lebih mengerti tentang Al-Qur’an dan ketentuan-ketentuannya, tentang halal haram, tentang syair, tentang pembicaraan dan nasab bangsa Arab selain Aisyah”. Abu Umar bin Abdul-Bar juga memberikan kesaksian, “Pada zamannya tidak ada seorang pun yang menandingi Aisyah dalam bidang ilmu fiqh, ilmu pengetahuan, dan ilmu syair”.

Az-Zuhri juga mengatakan, “Jika ilmu Aisyah dikumpulkan kemudian dibanding dengan ilmu seluruh istri Rasul dan seluruh wanita (pada waktu itu), niscaya ilmu Aisyah lebih banyak (lebih utama)”. Muawiyah bin Abi Sofyan pernah berkata, “Hai Ziyad, siapakah yang paling pandai diantara kita?” Jawab Ziyad, “Engkau, wahai Amiral-Mukminin”. Lalu Muawiyah berkata, “Tetapkanlah hatimu. Jika engkau telah menetapkan hatimu, maka Aisyahlah orang yang paling pandai”.

Dalam kitab syarah Az-Zarqani dan Fathul Bari diterangkan, bahwa Aisyah adalah seorang wanita ahli fiqh yang sangat baik sehingga dikatakan bahwa seperempat hukum-hukum syari’at diriwayatkan darinya. Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Al-Kasyif memberikan kesaksian, “Sesungguhnya Aisyah adalah orang yang paling mengerti tentang fiqh dibanding dengan wanita-wanita lain di kalangan umat ini”. Az-Zarkasyi dalam kitab Al-Mu’tabar mengatakan, “Sesungguhnya Umar bin Khathab dan Ali bin Abi Thalib banyak bertanya kepada Aisyah tentang masalah fiqhiyah”.

Aisyah juga pernah berkata, “Jika ada ayat Al-Qur’an turun pada kami di masa Rasulullah, kami hafalkan mana yang halal, mana yang haram, mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang, tetapi kami tidak menghafalkan seluruhnya”.  Aisyah juga perawi hadits yang handal. Ia meriwayatkan hadits dari Rasulullah sebanyak 2210 hadits. Yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari Muslim sebanyak 297 hadits, yang disepakati oleh Imam Bukhari Muslim sebanyak 174 hadits, sedang yang diriwayatkan Imam Bukhari sendiri sebanyak 54 hadits. Dalam kitab fathul Bari disebutkan bahwa Imam Bukhari meriwatkan hadits Aisyah sebanyak 74 hadits, sedang Imam Muslim sebanyak 28 hadits. Ada yang mengatakan sebanyak 50 hadits, dan ada pula yang mengatakan 60 hadits. Dan ada yang mengatakan bahwa Imam Muslim meriwayatkan sebanyak 69 hadits.

Aisyah termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadits di urutan ketiga sesudah sahabat Abi Hurairah yang meriwayatkan sebanyak 5394 hadits, Abdullah bin Umar bin Khathab yang meriwayatkan sebanyak 2638 hadits. Aisyah sebagai Ummil-Mukminin sangat menguasai bidang pengobatan. Suatu ketika sahabat Urwah pernah berkata kepada Aisyah, “Wahai ibu aku tidak merasa heran terhadap kepandaianmu dalam bidang fiqh, karena engkau istri Rasulullah dan puteri abu Bakar. Aku tidak merasa heran terhadap kepandaianmu dalam bidang syair dan sejarah, karena engkau adalah putri Abu Bakar, orang yang amat pandai. Tetapi aku merasa heran terhadap kepandaianmu tentang pengobatan. Bagaimana ini bisa terjadi, dan dari mana engkau memperolehnya?” Lalu ia memukul pundakku seraya berkata, “Wahai Urwah, Rasulullah pada akhir hayatnya jatuh sakit, hingga banyak didatangi utusan-utusan bangsa Arab dari segenap penjuru yang menyarankan tentang pengobatan beliau. Maka kemudian aku mencoba mengobati beliau dengan apa yang mereka sebutkan itu, dari situlah aku banyak mengerti tentang pengobatan”.

Aisyah sebagai Ummil-Mukminin senantiasa mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri. Aisyah banyak memiliki mutiara kata. Diantaranya adalah yang disebutkan dalam kitab Natsud-Dur, yang menegaskan: “Akhlak yang mulia ada sepuluh: Berkata benar, berani karena benar, menunaikan amanat, menyambung tali persaudaraan, membalas kebaikan orang yang berbuat baik, mencurahkan kebaikan, melindungi tetangga, melindungi teman, menghormati (memuliakan) tamu, dan puncak dari semua itu adalah sifat malu”.

Pada suatu ketika Aisyah berkata, “Betapa indahnya takwa, dan aku tidak pernah meninggalkan obat bagi orang yang marah itu”. (Nastsrud-Dur 4:25). Dan Aisyah pernah pula berkata, “Janganlah mencari sesuatu yang berada di sisi Allah dengan sesuatu yang berada di sisi selain Allah, hingga membuat Allah benci”. Melimpahnya ilmu dan pengetahuan yang dimiliki Aisyah diperoleh dari bahasa Aisyah yang diramu dengan uslub-uslub pada semua riwayat yang dipetik darinya, khususnya tentang pidato-pidato dan penyifatannya terhadap sesuatu. Ia memiliki perbendaharaan bahasa sangat luas, yang tidak mudah diperoleh tanpa disertai usaha besar serta menggali khabar dari bangsa Arab. Ia selalu meneladani dan mengikuti jejak ayahnya dalam menghafal berita silsilah, sebagaimana ia mewarisi akhlak, kepribadian, tabiat dan watak ayahnya.

0 komentar:

Leave a Reply

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))